Medan.top – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono memprediksi permintaan ikan meningkat di minggu pertama Ramadan dan stabil kembali di minggu kedua hingga jelang lebaran. Tujuh hari setelah lebaran, permintaan ikan diprediksi naik lagi untuk kebutuhan hotel, restoran, ketering dan oleh-oleh.
“Sebelum lebaran harga ikan stabil dan pada minggu pertama Ramadan mengalami kenaikan 5 sampai 15 persen mengingat permintaan yang meningkat. Setelahnya harga ikan akan kembali normal hingga menjelang lebaran,” kata Trenggono, Sabtu (20/3/2021)
Merujuk saat puasa dan lebaran tahun 2020, komoditas yang mengalami kenaikan harga yaitu cakalang, kembung dan tongkol dengan kenaikan rata-rata 10%. Sedangkan untuk komoditas bandeng dan tuna cukup stabil dan sempat mengalami penurunan tapi tidak signifikan.
“Di tahun 2021 ini, pada saat puasa dan lebaran diprediksi tidak akan jauh berbeda dari tahun 2020,” terangnya.
Meski permintaan melonjak, ia meyakini pasokan ikan dari berbagai daerah di Indonesia cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan selama Ramadan dan Lebaran 2021. Berdasarkan analisis data tahun lalu dan prognosa 2021, perkiraan kebutuhan ikan selama April – Mei 2021 sebesar 2.522.500 ton.
“Adapun prognosa ketersediaan ikan sebesar 2.696.000 ton. Dengan demikian, prognosa pasokan ikan diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2021,” ujar Trenggono
KKP sendiri sudah menyusun sejumlah strategi untuk menjaga pasokan tetap aman dan mengantisipasi tingginya harga ikan selama Ramadhan dan Lebaran 2021. Meliputi peningkatan produksi perikanan budidaya, memberikan fasilitas coldstorage dan kendaraan pendingin, pengembangan koridor logistik ikan.
“Di samping itu, KKP juga akan mengadakan Bazar Virtual Ramadhan “UMKM Produk Perikanan” dengan target peserta sebanyak 500 UMKM. Kegiatan ini dapat diakses melalui media sosial Gemarikan,” urai Trenggono.
Trenggono turut memaparkan trend pasar domestik dan global untuk produk perikanan sepanjang pandemi Covid-19. Fokus konsumen global kini beralih pada produk siap saji (convenience products).
“Kemudian supplier yang tadinya melayani food service seperti hotel, restoran dan katering, mengubah strategi turut menyasar pasar ritel atau penjualan langsung kepada konsumen,” bebernya. (RED03)