Medan.top – Seorang ayah di Garut, Jawa Barat, nekat curi HP atau ponsel kenalannya untuk anak bisa belajar online atau Daring (dalam jaringan). Namun, bukannya dipidanakan, korban memaafkan aksi pelaku berinisial A tersebut.
Dilansir dari detiknews, Rabu (5/8/2020), anak korban, AT, menyebutkan, pelaku yang mencuri ponsel milik ayahnya tersebut sudah dimaafkan. Sebelumnya, pelaku mengakui, ponsel yang dia curi tersebut merupakan milik ayah AT.
“Bapaknya (tersangka A) mengaku bahwa HP itu milik orang tua saya. Saya minta si bapak datang ke rumah menemui ayah saya, agar tidak ada salah paham. Dia sudah datang ke rumah dan ayah saya sudah memafkan.” ujar AT, Selasa (4/8/2020).
Aksi pencurian ponsel tersebut dilakukan A sekitar sebulan lalu. A yang seorang buruh tani, kenal dengan korban. Beberapa kali, korban memintanya memperbaiki perabotan di rumah korban. Namun, sebelum akhirnya memaafkan korbannya, aksi pencurian itu dilaporkan keluarga AT ke Polsek Tarogong Kaler. Namun, Senin (3/8/2020), AT berinisiatif untuk menelusuri di mana ponsel milik ayahnya yang hilang itu.
Upaya AT membuahkan hasil usai dibantu seorang temannya. Titik keberadaan ponsel tersebut dia langsung meluncur ke lokasi dan tiba di rumah A.
Bukannya marah, AT yang masuk ke rumah pelaku justru tiba-tiba terenyuh. Betapa tidak, Kondisi rumah pelaku yang sangat sederhana membuat hatinya iba. A pun lantas menangis menceritakan alasan kenekatannya mencuri ponsel tersebut. Dia menyebutkan, karena tak memiliki ponsel, pelajaran anaknya yang dilakukan secara daring ketinggalan. Sudah 10 hari kata A, anaknya tertinggal belajar online lantaran tidak seorang pun di rumah itu yang punya ponsel.
“Saya yakin, memang tujuanya (mencuri ponsel) agar anaknya belajar,” kata AT.
Ayah Curi 1 HP untuk Anak Mengaku Khilaf
Keyakinannya itu diperkuat lantaran di rumahnya ada dua ponsel dan satu laptop, tapi hanya satu saja yang hilang.
“Karena cuma satu HP yang diambil, padahal ada satu HP lain dan satu laptop,” ujarnya.
Anak korban mengaku memafkan aksi A mencuri ponsel ayahnya.
“Kondisi rumahnya memang sangat memprihatinkan. Kalau HP habis batre, ngecasnya aja di rumah tetangga. Jadinya, kita tidak perpanjang karena kasihan juga,” ungkap AT.
Sementara itu, A yang menyadari kekhilafannya meminta maaf. Dia juga mengatakan, karena keterbatasan ekonomi, dia tidak bisa membeli ponsel untuk anaknya belajar online.
“Saya khilaf. HP itu dipakai belajar karena seminggu dia ketinggalan (belajr daring. Anak saya sekolah baru masik, MTS kelas satu,” ucapnya.